TUGAS KESEHATAN MENTAL
“PERSEPSI MASYARAKAT
TERHADAP SERAGAM MILITER”
DISUSUN OLEH:
NAMA: MUHAMMAD HASYA HERMANSYAH
NPM: 14512968
KELAS: 2PA05
Seragam adalah sebuah kostum atau pakaian yang menyeragamkan
dan digunakan untuk memperlihatkan identitas suatu bentuk kelompok, tradisi,
adat, bahkan agama.
Di dalam artikel ini
akan membahas mengenai sebuah seragam dari sebuah instansi TNI atau Tentara Nasional
Indonesia, berikut adalah makna dari seragam loreng TNI.
Mungkin pernah terfikir
kenapa tentara mengenakan baju loreng, seperti hijau, abu abu, oranye, dan
hitam. Kita semua menjawab itu semua dikarenakan supaya tidak gampang ketahuan
musuh atau camouflage (kamuflase) disaat bertempur, ternyata ada sebuah alsan
dan sejarah tertentu.
Dengan mengunakan baju
loreng, maka militer dapat melakukan kamuflase yang merupakan salah satu teknik
survival, yang artinya mengacu pada metode yang digunakan untuk membuat pasukan
militer agar tidak dapat terdeteksi oleh pasukan musuh. Dalam prakteknya,
penerapan warna dan bahan untuk kostum perang dan peralatan militer digunakan
untuk menyembunyikan mereka dari pengamatan visual (dengan mata telanjang).
Dengan mengunakan kostum loreng ini, maka pasukan militer dapat menyatu dengan
medannya dan akan mengurangi bahaya sebagai sasaran tembak musuh.
Awalnya orang orang
militer tidak mengunakan baju loreng, mereka mengunakan warna-warna yang
mencolok dan berani dengan alasan untuk menakut-nakuti musuh, identifikasi
lebih mudah ketika medan berkabut dan mengurangi pembelotan (pasukan yang
mundur dari perang). Baju loreng pertama kali digunakan pada awal 1800-an oleh
beberapa unit militer untuk melindungi diri terhadap akurasi tembakan yang
meningkat pada senjata kala itu.
Unit-unit pasukan
pertama yang mengadopsi warna-warna loreng adalah Resimen Senapan ke-95 dan
Resimen Senapan ke-60, dibuat selama Perang Napoleon (abad ke delapan belas)
untuk memperkuat garis pertempuran Inggris. Ketika mereka membawa Rifles Baker
(sejenis senjata kala itu, dengan bayonet) dan memperluas area pertempuran,
mereka mengenakan jaket hijau, berbeda dengan resimen lain yang mengenakan
jubah merah tua.
Lalu kenapa seragam
TNI, militer kita memiliki loreng yang berwarna hijau sementara pasukan dari
negara lain ada yang memiliki warna lebih coklat atau putih? Alasan utamanya
adalah medan, negara kita lebih dominan pepohonan yang berwarna hijau, tanah
dan kayu yang berwarna coklat, sehingga kita lebih memilih pola M81 Woodland,
yang sudah populer dari tahun 1981.
Memang beberapa pasukan
khusus Indonesia ada yang memiliki warna kostum hitam, namun untuk berperang
siang hari warna hitam dapat menyiksa.
Kita pernah mempelajari
sewaktu SMP bahwa warna hitam memiliki emisifitas tertinggi, dengan nilai satu
(untuk warna putih nilainya nol). Dimana benda yang memiliki emisifitas tinggi
akan mudah menyerap panas. Sehingga kalau militer harus bertugas siang hari
dengan tetap mengenakan warna hitam, ia bisa kelelahan sebelum melawan musuh
karena energinya telah terkuras menjadi keringat.
Kamuflase ini lebih ke
arah pertahanan diri dari penglihatan visual, meski ada teknologi lagi yang
lebih baru dalam mendeteksi keberadaan manusia mengunakan sinar inframerah dan
lain sebagainya, namun juga sudah di temukan metode dan kamuflase yang berbeda
pula. Hal inilah yang menjadi alasan kenapa militer mengenakan baju loreng.
Berikut ini adalah
beberapa contoh kasus oknum oknum TNI yang melakukan penyimpangan dengan
menggunakan seragam TNI dan beberapa oknum TNI yang melakukan penyimpangan
tetapi tanpa menggunakan seragam.
Penyimpangan oknum TNI
berseragam: Sersan Dua Yusuf Harnawan (28) dengan tega menghabisi nyawa
mahasiswi IAIN Walisongo, Siti Faizah. Yusuh mencekik kekasihnya ini lantaran
si gadis menolak diputuskan. Selain dengan Siti Faizah, Yusuf juga ternyata
menjalin hubungan asmara dengan rekannya, seorang PNS Kodam Diponegoro.
Beberapa kali Yusuf melakukan hubungan intim hingga si wanita hamil dan minta pertanggungjawaban.
Yusuf sesaat pulang piket ia mengajak Siti Faizah Hotel Alam Hijau Jalan Lemah
Abang-Bandungan, Semarang. Di sana dia mencekik gadis malang tersebut hingga
tewas. Pengadilan Militer mengganjar Yusuf dengan hukuman 13 tahun penjara.
Yusuf juga dipecat dari kesatuan karena memalukan korps TNI AD.[lihat.co.id]
Penyimpangan oknum TNI
tanpa seragam: Prajurit Dua (Prada) Mart Azzanul Ikhwan (23) dituntut 20 tahun
penjara. Aksi prajurit TNI ini sungguh kejam. Dia membunuh Shinta (19),
kekasihnya yang sedang hamil 8 bulan. Ikhwan juga membunuh Onah, ibu Shinta.
Ikhwan menolak bertanggung jawab atas kehamilan mahasiswi kebidanan di Garut
ini. Dia membawa Shinta dan ibunya ke perkebunan, kemudian menusuk kedua wanita
itu dengan sangkur belasan kali. Onah tewas dengan 12 luka tusukan di tubuhnya,
sementara Shinta, tewas dengan 18 tusukan, termasuk dua tusukan di perutnya
yang tengah hamil tua. TNI tak mentolerir tindakan brutal anggotanya. Panglima
Divisi 1 Kostrad Brigadir Jendral TNI Asro Budi menemui keluarga korban untuk
meminta maaf. Dia menjanjikan Prada Ikhwan akan dihukum sesuai
undang-undang[lihat.co.id]
Dari kedua contoh kasus
tersebut banyak masyarakat yang ber-stereotype bahwa tentara atau TNI yang
berseragam adalah orang orang yang menakutkan dan berbahaya, padahal mereka itu
adalah orang orang yang berada disebuah instansi pertahanan yang seharusnya
menakutkan untuk negara lain yang ingin memberikan bahaya ke negara ini, tetapi
realitanya mereka pun menjadi sosok yang menakutkan bagi rakyat dan masyarakat
mereka sendiri. Dan untuk oknum oknum TNI yang tidak mengenakan seragam sungguh
sebuah ironi, karena gelagat dan gaya mereka yang semena mena karena merasa
sudah berjasa kepada bangsa ini, dengan badan mereka yang tinggi dan besar
sebagian masyarakat malah ber-stereotype bahwa mereka itu adalah preman. , Bak
sebuah pepatah “karena nila setitik, rusak
susu sebelanga” hanya karena ulah satu atau dua oknum oknum nakal dibadan
instansi TNI ini semua masyarakat dapat memberikan pandangan bahwa mereka yang
berbadan besar dan berambut cepak itu adalah preman, dan mereka yang
menggunakan seragam itu adalah sosok yang menakutkan.
Secara teori psikologi orang orang yang melakukan
pendapat atas beberapa oknum yang menjadikan pandangan orang orang tersebut
bahwa semua anggota seperti itu tercantum pada teori konformitas dalam
psikologi sosial.
Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial
dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma
sosial yang ada.
Kali ini akan dibahas mengenai perbandingan kepribadian
antara anggota TNI yang memakai seragam dan anggota TNI yang tidak memakai
seragam. Anggota anggota TNI yang memakai seragam ini menampilkan sebuah
kepribadian yang bisa dibilang kurang patut dicontoh, karena merasa memiliki
kuasa dan kekuatan yang besar mereka berlaku semena mena, contoh jika kita
melakukan kesalahan terhadap mereka yang berseragam walaupun itu hanya
kesalahan yang kecil saja ataupun mereka yang melakukan kesalahn kepada kita,
mereka akan marah yang sangat diluar kontrol berlaku bahwa merekalah yang
paling benar bahkan berani memukuli kita walau tidak semua anggota TNI seperti
itu hanya beberapa oknum saja yang begitu. Dan yang kedua anggota anggota TNI
yang tidak menggunakan seragam pasti mereka akan lebih kalem dan lebih bisa
mengontrol emosi
|
Kesimpulan
Seragam dapat mempengaruhi persepsi, bukan hanya
seragam dari anggota anggota TNI tetapi beberapa instansi atau kelompok yang
memiliki seragam dapat menjadikan anggota anggota mereka seharusnya dapat
menyesuaikan bagaimana seharusnya kelakuan atau sifat mereka disaat mereka
menggunakan seragam, bukannya malah menyelewengkan kekuasaan atau kekuatan yang
dipunya disaat menggunakan seragam tersebut.
Logisnya perubahan kepribadian mereka disaat
menggunakan seragam tersebut dikarenakan tanggung jawab, kekuasaan, hak dan
kewajiban yang mereka emban, dan karena seragam pun seseorang lebih terlihat
identitas dan status sosialnya di masyarakat, tinggal tergantung bagaiman si
pemakai menggunakannya dengan bijaksana atau tidak.
0 komentar:
Posting Komentar