1. COMPUTER BASED INFORMATION SYSTEM
Menurut Goel (2010) komponen CBIS atau Computer Based Information System terdiri dari :
1. Hardware
Perangkat komputer seperti keyboard, monitor, processor, dan printer, digunakan untuk menampilkan input, proses, dan aktivitas output.
2.Software
Program komputer yang memerintahkan operasi komputer.
3.Database
Sekumpulan koleksi data yang terdiri dari dua atau lebih data yang saling berhubungan.
4. People
Yang bekerja dengan computer based information system. Orang adalah elemen yang paling penting dalam computer based information system.
5. Procedures
Strategi, kebijakan, metode, dan aturan untuk menggunakan computer based information system.
6. Telecommunication, network, and internet
Telecommunication dan network digunakan untuk menghubungkan komputer dan perangkat komputer di gedung, kota, daerah, atau sebrang dunia untuk memungkinkan terjadinya komunikasi elektronik. Internet adalah jaringan komputer terbesar di dunia, yang merupakan interkoneksi jaringan.
2. Penjelasan sub-sistem dari Computer Based Information System (CBIS)
a. SISTEM INFORMASI AKUNTANSI (SIA)
SIA adalah sistem informasi yang melaksanakan aplikasi akuntansi perusahaan, yaitu sebagai pengolah data perusahaan, Perusahaan tidak dapat memilih untuk menggunakan SIA atau tidak, sistem ini merupakan keharusan. Semua perusahaan pada dasarnya melaksanakan prosedur-prosedur yang sama. SIA lebih berorientasi pada data dibanding pada informasi, walaupun ada beberapa informasi yang dihasilkan. SIA menyediakan database bagi sisten informasi lain. SIA adalah satu-satunya sistem informasi yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan informasi di luar perusahaan, meyediakan informasi untuk seluruh lingkungan kecuali pesaing.
Tugas utama sistem informasi ini adalah:
Pengumpulan data
Manipulasi data
Penyimpanan data
Menyediakan dokumen
Peran SIA Dalam CBIS
SIA menghasilkan beberapa output informasi dalam bentuk laporan akuntansi standar.
SIA menyediakan database yang lengkap untuk digunakan dalam pemecahan masalah.
2. Sistem Informasi Manajemen (SIM)
SIM dapat didefinisikan sebagai sekumpulan subsistem yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama dan membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan bekerjasama antara bagian satu dengan yang lainnya dengan cara-cara tertentu untuk melakukan fungsi pengolahan data, menerima masukan (input ) berupa data-data, kemudian mengolahnya ( processing ), dan menghasilkan keluaran (output ) berupa informasi sebagai dasar bagi pengambilan keputusan yang berguna dan mempunyai nilai nyata yang dapat dirasakan akibatnya baik pada saat itu juga maupun di masa mendatang, mendukung kegiatan operasional, manajerial,dan strategis organisasi, dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dan tersedia bagifungsi tersebut guna mencapai tujuan.
3. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN (Decision Support System)
Dalam upaya memecahkan masalah seorang problem solver akan banyak membuat keputusan. Keputusan harus diambil untuk menghindari atau mengurangi dampak negatif atau untuk memanfaatkan peluang.
Keputusan terbagi menjadi:
– Keputusan terprogram, bersifat berulang dan rutin.
– Keputusan tak terprogram, bersifat baru dan tidak terstruktur, tidak ada metode pasti untuk menanganinya karena belum pernah terjadi sebelumnya.
Manajer melakukan empat tahap pengambilan keputusan, yaitu:
– Kegiatan Intelejen, mengamati lingkungan untukmencari kondisi yang perlu diperbaiki.
– Kegiatan Merancang, menemukan, mengembangkan, dan menganalisis berbagai alternatif tindakan yang mungkin.
– Kegiatan Memilih, memilih salah satu rangkaian tindakan diantara alternatif.
– Kegiatan Review, menilai pilihan-pilihan yang lalu.
4. SISTEM PAKAR (ES)
Sistem pakar (Expert System) adalah sebuah sistem informasi yang memiliki intelegensia buatan (Artificial Intelegent) yang menyerupai intelegensia manusia.Sistem pakar mirip dengan DSS yaitu bertujuan menyediakan dukungan pemecahan masalah tingkat tinggi untuk pemakai.Perbedaan ES dan DSS adalah kemampuan ES untuk menjelaskan alur penalarannya dalam mencapai suatu pemecahan tertentu. Sangat sering terjadi penjelasan cara pemecahan masalah ternyata lebih berharga dari pemecahannya itu sendiri.
Karakteristik Sistem Pakar
Memiliki kemampuan belajar atau memahami masalah dari pengalaman.
Memberikan tanggapan yang cepat dan memuaskan terhadap situasi baru.
Mampu menangani masalah yang kompleks (semi terstruktur)
Memecahkan masalah dengan penalaran.
Menggunakan pengetahuan untuk menyelasaikan masalah.
Bagian Sistem Pakar
User Interface, adalah bagian yang memungkinkan manajer mamasukan instruksi dan informasi kedalam dan menerima informasi dari sistem pakar.
Contoh Sistem Pakar
XSEL, Sistem pakar yang bertindak sebagai asisten penjual di agen penjualan komputer DEC, yang membantu pelanggan memilih komputer yang sesuai dengan kebutuhannya.
MYCIN, Sistem pakar yang dikembangkan di Stanford University tahun 19870-an dengan tujuan membantu petugas medis dalam mendiagnosa penyakit yang disebabkan bakteri.
PROSPECTOR, Sistem yang diciptakan Richard Duda, Peter Hard, dan Rene Reboh tahun 1978 yang menyediakan kemampuan seorang ahli geologi.
5. Automasi Kantor
Automasi kantor kini disebut dengan istilah kantor virtual, mencakup semua sistem elektronik formal dan informal terutama berkaitan dengan komunikasi informasi ke dan dari orang –orang didalam maupun diluar perusahaan. Pengguna OA dibagi menjadi empat kategori yaitu:
Manajer, yang bertanggung jawab dalam mengelola sumber daya perusahaan.
Profesional, tidak mengelola tetapi menyumbangkan keahlian khusus yang membedakan mereka dengan sekretaris dan pegawai administrasi.
Sekretaris, ditugaskan untuk membantu pekerja terdidik (Manajer & Profesional) untuk melaksanakan berbagai tugas korespondensi, menjawab telepon, dan mengatur jadwal pertemuan.
Pegawai Administrasi, melaksanakan tugas-tugas untuk sekretaris, seperti mengioperasikan mesin fotokopi, menyususn dokumen, menyimpan dokumen, dan mengirim surat
Tujuan OA
Menghindari Biaya, komputer tidak dapat menggantikan pegawai saat ini, tetapi setidaknya menunda penambahan poegawai yang diperlukan untuk menangani penambahan beban kerja,
Pemecahan Masalah kelompok, memberikan kontribusi untuk komunikasi antar manajer.
Pelengkap, OA tidak dapat menggantikan komunikasi interpersonal tradisional seperti tatap muka, percakapan telepon, tulisan memo, dan sejenisnya, tetapi OA bersifat melengkapi sehingga jika dikombinasikan dengan media tradisional akan memberikan sinergi.
Aplikasi OA
Word Processing
Voice Mail
Electronic Calendaring
Audio Conferencing
Video Conferencing
Computer Conferencing
Facsimile
Videotex
Imaging
Desktop Publishing
Sumber:
Goel, A. (2010). Computer fundamentals. India : Pearson
Kristanto, Andi. (2003). Perancangan sistem informasi dan aplikasinya. Yogyakarta: Gava Media.
Laudon, J. P., Laudon K. C. (2008). Sistem Informasi Manajemen Edisi 10. Jakarta : Salemba Empat
Sutanta, Edhy. (2005). Dukungan sistem informasi manajemen (SIM) dalam kegiatan manajemen. Jurnal manajerial: Amikom Yogyakarta, (1) 1.
Pengertian Sistem
Menurut
Sulindawati & Fathoni (2010) merupakan sekumpulan elemen-elemen yang saling
terintegrasi serta melaksnakan fungsinya masing-masing untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Menurut
Hutahaean (2014) suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling
berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan kegiatan atau untuk
melakukan sasaran yang tertentu.
Menurut Musanef
(dalam Syafiie, & Azhari, 2006) pengertian sistem ialah suatu sarana yang menguasai
keadaan dan pekerjaan agar dalam menjalankan tugas dapat teratur.
Syafiie, I.K.,
& Azhari. (2006). Sistem Politik Indonesia. Bandung: Refika Aditama
Sulindawati
& Fathoni. (2010). Pengantar analisa perancangan “sistem”. Jurnal
SAINTIKOM, 9 (2).
Hutahaean,
Jeperson. (2014). Konsep sistem informasi. Yogyakarta: Deepublish.
Pengertian informasi
Menurut Kusrini
dan Koniyo (2007) informasi adalah data yang sudah diolah menjadi sebuah bentuk
yang berarti bagi pengguna, yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat
ini atau mendukung sumber informasi.
Menurut Azhar
Susanto (2008) menjelaskan bahwa
informasi merupakan hasil pengolahan data yang memberikan arti dan manfaat
tertentu.
Menurut Sutabri
(2012) informasi adalah data yang diolah dan diinterpretasikan untuk mengambil
sebuah keputusan.
Koniyo, A.,
Kusrini. (2007). Tuntunan praktis membangun sistem informaasi akutansi dengan
visual basic dan microsoft SQL server. Yogyakarta: Andi
Azhar ,S.
(2008). Sistem Informasi Akuntansi. Bandung: Lingga Jaya
Sutabri, T.
(2012). Analisis sistem informasi. Yogyakarta : Penerbit Andi
Pengertian
Psikologi
Menurut The
American Heritage Dictionary (1982), Psikologi didefinisikan sebagai
“karakteristik emosional dan perilaku individu, kelompok, atau aktivitas”.
Pengertian psikologi kemudian menjadi lebih luas dari hanya kajianperilaku
manusia. Eksplorasi artistik dan saintifik di atas menyebabkan pengembangan
strategi penelitian yang melibatkan neurologi, fisika, fisiologi, psikologi,
dan sosioantropologi.
Menurut Prof.
Dr. Bimo Walgito (2004) Pengertian Psikologi : psyche (jiwa) + logos (ilmu) =
ilmu jiwa. Ilmu jiwa berbeda dengan psikologi. Ilmu jiwa menunjukkan kepada
ilmu jiwa pada umumnya, sedangkan psikologi menunjukkan ilmu jiwa yang ilmiah
menurut norma-norma ilmiah modern.
Menurut
Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun
kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah
tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk
, berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi
berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
Sumber:
Djohann. 2009. Psikologi Musik. Yogyakarta: Best Publisher
Muhibbin,syah.
2001. Psikologi Belajar.Jakarta: Logos
Carole,Wade.
2008. Psikologi. Jakarta: Erlangga
Machmud, Rizan.
(2013). Peranan penerapan sistem informasi manajemen terhadap efektivitas kerja
pagawai lembaga pemasyarakatan narkotika (LAPASTIKA) bollangi kabupaten gowa.
Jurnal Capacity STIE AMKOP Makassar : Universitas Negeri Gorontalo, 9 (3).
Basuki. (2008).
Psikologi umum. Jakarta : Universitas Gunadarma.
Terapi Bermain
Terapi bermain menurut Landreth (dalam Zellawati, 2011) adalah bermain sebagai terapi merupakan salah satu sarana yang digunakan dalam membantu anak mengatasi masalahnya, sebab bagi anak bermain adalah simbol verbalisasi.
I. Konsep Terapi Bermain
Terapi permainan merupakan terapi kejiwaan namun dalam pelaksanaannya faktor ekspresi gerak menjadi titik tumpuan bagi analisa terapeutic dengan medianya adalah bentuk-bentuk permainan yang dapat menimbulkan kesenangan, kenikmatan, dan tidak ada unsur paksaan serta menimbulkan motivasi dalam diri sendiri yang bersifat spontanitas, sukarela, dan mempunyai pola atau aturan yang tidak mengikat.
Bermain bagi anak merupakan kebutuhan sebagaimana makan, minum, kasih-sayang, dan lain sebagainya. Bermain harus seimbang antara bermain aktif (kesenangan diperoleh dari apa yang di perbuat) dan bermain pasif (kesenangan diperoleh dari orang lain).
II. Teknik Terapi Bermain Anak
1. Permainan Boneka
Boneka memberikan suatu cara yang tidak mengancam untuk anak-anak bermain di luar pikiran dan perasaan mereka. Selama bermain dengan boneka anak-anak melakukan beberapa hal seperti berikut ini :
a. Mengidentifikasikan diri dengan boneka
b. Memproyeksikan perasaan sendiri dalam figur permainan
c. Memindahkan konfliknya dalam figur permainan.
Dalam permainan boneka, terapis mendapatkan informasi tentang :
a. Pandangan pikiran anak
b. Perasaan anak
c. Tingkah laku anak
Boneka dalam terapi bermain meliputi ;
a. Boneka bayi yang berukuran seperti bayi
b. Boneka yang secara anatomi benar, baik laki-laki maupun perempuan
c. Keluarga boneka
d. Binatang dari kain
e. Boneka manusia dari berbagai ras dan sukubangsa (Jawa, Batak,Papua, America, africa dll)
f. Perlengkapan boneka seperti rumah, baju, tempat tidur dll
2. Permainan boneka wayang
Gerakan wayang atau boneka memungkinkan anak menceritakan ceritera-ceritera yang kaya dalam bentuk simbol dan untuk menciptakan fantasi-fantasi mereka. Manfaat permainan boneka wayang :
a. Melalu gerakan boneka, anak dapat menghadapi pikiran dan perasaan yang sulit untuk mereka akui sebagai diri sendiri.
b. Dengan menggunakan boneka, anak dapat menciptakan orang lain dan berinteraksi serta mengungkapkan pikiran dan perasaannya sekaligus kemarahannya yang dalam kehidupan nyata tidak bisa dilakukannya.
c. Anak-anak juga dapat menciptakan tokoh yang tidak bisa diungkapkannya sendiri Permainan dengan boneka dapat merupakan kegiatan kelompok yang menarik dan dapat digunakan dengan kelompok anak-anak yang kebih besar atau kecil, terutama dalam lingkungan sekolah. Dengan bermain boneka dalam kelompok, membuat anak saling menghargai sudut pandang orang lain, dapat memecahkan masalah dan keterampilan sosial.
3. Bercerita
Secara psikologis membaca atau bercerita merupakan salah satu bentuk bermain yang paling sehat. Kebanyakan anak kecil lebih menyukai cerita tentang orang dan hewan yang dikenalnya. Selain itu karena anak kecil cenderung egosentrik mereka memyukai ceritera yang berpusat pada dirinya.
Mula-mula anak-anak suka cerita imajinatif yang khayal kemudian seiring dengan berkembangnya kecerdasan dan pengalaman sekolah anak yang lebih besar menjadi realistik, dan minatnya pun beralih ke cerita petualangan, kekerasan, kemewahan dan cinta serta pendidikan.
Menceritakan cerita memberikan cara yang menyenangkan untuk mengembangkan rapport dan belajar tentang anak. Ketika anak menceritakan cerita mereka, mereka mengkomunikasikan informasi penting tentang diri mereka sendiri dan keluarga mereka sambil belajar mengekspresikan dan menguasai perasaan mereka. Dengan mendengarkan cerita anak, terapis dapat memahami lebih baik pertahanan diri anak, konflik anak, dan dinamika keluarga anak. Dalam menganalisis cerita anak, terapis harus mencari tema yang diulang yang dapat memberikan kunci penting tentang perasaan-perasaan dan perjuangan anak. Terapis harus sangat akrab dan terampil dalammenginterpretasikan komunikasi simbolik secara wajar. Semua ini tergantung pada keterampilan dan pertimbangan terapis.
4. Bermain pasir
Anak-anak suka bermain pasir. Dengan adanya terapi bermain menggunakan pasir anak-anak diberikan kegembiraan, rileks dan merupakan medium terapeutik. Selama di dalam kamar bermain anak bebas bermain dalam pasir dan banyak menggunakan miniatur yang tersedia seperti yang diinginkan. Selama proses bermain pasir, anak memutuskan apa yang akan dibuat, figur apa yang akan digunakan, dan bagaimana menggunakannya. Anak bebas membuat adegan, membuat pemandangan atau apa saja sebagai cara melukiskan pengalaman di mana mereka tidak dapat menceritakan dengan kata-kata.
Dengan mengobservasi anak saat bermain pasir, terapis mendapat informasi tentang pikiran, perasaan dan tingkah laku anak. Permainan pasir juga sering menyangkut simbol-simbol yang mempunyai arti khusus.
III. Unsur-unsur dalam Terapi Bermain
– Melepas ketegangan-ketegangan yang menghimpit hatinya.
– Melatih keterampilan melalui panca inderanya atau sensomotorik
– Dilakukan dengan gembira, bahagia dengan fantasinya dapat berkembang
– Kebebasan memilih dan menentukan alat bermainnya.
– Membantu melancarkan dan mengembangkan fungsi faal tubuhnya (fisiologi) Misal : Pernafasan, peredaran darah dan makanan (psikomotorik).
– Mampu mengembangkan kemampuan diri anak semaksimal mungkin sesuai dengan prestasi dirinya
Sumber :
Zellawati, A. (2011). “Terapi Bermain Untuk Mengatasi Permasalahan Pada Anak” . Majalah Ilmiah Informatika, 2, 167-171
Person Centered Therapy
Carl Roger merupakan tokoh Teori Kepribadian Humanistik, Ia
Lahir di Illinois (1902 – 1988) Ia adalah salah seorang peletak dasar dari
gerakan potensi manusia, yang menekankan perkembangan pribadi melalui latihan
sensitivitas, kelompok pertemuan, dan latihan lainnya yang ditujukan untuk
membantu orang agar memiliki pribadi yang sehat. sejak kecil Ia menerima
penanaman yang ketat mengenai kerja keras dan nilai agama Protestan. Kelak
kedua hal ini mewarnai teori-teorinya. Setelah mempelajari teologi, ia masuk
Teacher’s College di Columbia Uni, dimana banyak tokoh psikologi mengajar. Di
Columbia Uni ia meraih gelar Ph.D. Rogers bekerja sebagai psikoterapis dan dari
profesinya inilah ia mengembangkan teori Humanistiknya. Dalam konteks terapi,
ia menemukan dan mengembangkan teknik terapi yang dikenal sebagai
Client-centered Therapy.
Manusia dalam pandangan Rogers adalah bersifat positif. Ia
mempercayai bahwa manusia memiliki dorongan untuk selalu bergerak ke muka,
berjuang untuk berfungsi, kooperatif, konstrukstif dan memiliki kebaikan pada
inti terdalam tanpa perlu mengendalikan dorongan-dorongan agresifnya. Filosofi
tentang manusia ini berimplikasi dalam praktek terapi client centered dimana
terapis meletakan tanggung jawab proses terapi pada client, bukan terapis yang
memiliki otoritas. Client diposisikan untuk memiliki kesnggupan-kesangguapan
dalam membuat keputusan.
Konstruk Kepribadian Menurut Carl Rogers
1 Organisme
Organisme yaitu makhluk fisik (physical Creature) dengan
semua fungsi-fungsinya, baik fisik maupun psikis, organisme ini merupakan locus
(tempat) semua pengalaman, dan pengalaman ini merupakan persepsi seseorang
tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam diri sendiri, dan juga di dunia
luar (external world). Totalitas pengalaman, baik yang disadari maupun tidak,
membangun medan fenomenal (phenomenal field).
2. Self
Self merupakan konstruk utama dalam Teori Kepribadian
Rogers, yang saat ini dikenal dengan Self Concept (konsep diri), Roger
mengartikannya sebagai presepsi tentang karakteristik “I” atau “me” dengan
orang lain atau berbagai aspek kehidupan, termasuk nilai-nilai yang terkait
dengan persepsi tersebut. Diartikan juga sebagai keyakinan “keyakinan tentang
kenyataan, keunikan dan kualitas tingkah laku diri sendiri”. Konsep diri
merupakan gambaran mental tentang diri sendiri, seperti “Saya cantik” dan “Saya
seorang pelajar yang rajin”.
Hubungan antara self concept dengan organisme (actual
experience) terjadi dalam dua kemungkinan, yaitu “Congruance” atau
“Incongruance”. Kedua kemungkinan hubungan ini menentukan perkembangan
kematangan penyesuaian (adjustment) dan kesehatan mental (mental health)
seseorang. Sebagaimana ahli Humanistik umumnya, Rogers mendasarkan teori
dinamika kepribadian pada konsep aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah daya
yang mendorong pengembangan diri dan potensi individu, sifatnya bawaan dan
sudah menjadi ciri seluruh manusia. Aktualisasi diri yang mendorong manusia
sampai kepada pengembangan yang optimal dan menghasilkan ciri unik manusia
seperti kreativitas, inovasi, dan lain-lain.
Hakikat Manusia Menurut Roger
1. Hakikat Dasar Manusia
· Manusia pada dasarnya baik dan penuh dengan kepositifan
· Manusia mempunyai kemampuan untuk membimbing, mengatur
dan mengontrol dirinya sendiri
· Manusia pada dasarnya aktif, bukan pasif
· Setiap individu dlm dirinya terdapat motor penggerak :
terbuka pd pengalaman diri, percaya pd diri sendiri
· Manusia berkembang menuju aktualisasi diri
2. Pribadi yang sehat
· Mempercayai diri sendiri
· Terbuka terhadap pengalaman
· Evaluasi kriteria internal
· Kemauan untuk menjalani proses
· Adanya keselarasan atau kongruensi antara organisme,
ideal self, dan self concept
3. Pribadi yang tidak
sehat
· Pribadi tidak sehat adalah pribadi yang inkongruensi atau
tidak kongruen antara ideal self, self concept, dan organism
· Kesenjangan antara ideal self dan self concept,
jika hal ini terjadi akan menimbulkan khayalan tinggi
· Kesenjangan antara self concept dan organisme,
sehingga dapat menimbulkan perasaan rendah diri (minder)
· Tidak mampu mempersepsi dirinya, orang lain, dan
berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya secara objektif
· Tidak terbuka terhadap semua pengalaman yang
mengancam konsep dirinya,
· Tidak mampu menggunakan semua pengalaman
· Tidak mampu mengembangkan dirinya kearah
aktualisasi diri
Konsep-konsep Penting dalam Terapi Person Centered:
- Konsep diri (Self-concept) mengenai konsepsi seseorang mengenai dirinya
- Diri ideal (Ideal-self) mengenai self concept yang ingin dimiliki seseorang
- Ketidakselarasan (Incongruence) antara diri dan pengalaman yaitu suatu celah yang ada antar self-concept sesorang dan apa yang
- Psychological maladjustment (ketidakmampuan menyelesaikan diri secara psikologis )
- Keselarasan anatara diri dan pengalaman (konsep seseorang tentang diri sendiri sesuai dengan apa yang dialaminya)
- Kebutuhan akan penghargaan positif (Need for positive regard) kebutuhan untuk dihargai dan dihormati oleh orang lain.
- Kebutuhan akan harga diri (Need for self regard) kebutuhan untuk menghargai diri sendiri.
Ciri Ciri Terapi :
- Perhatian diarahkan pada pribadi bukan pada masalah. Tujuannya bukan untuk pemecaha masalah tetapi membuat individu itu tumbuh untuk dapat mengatasi masalahnya sendiri baik masalah sekarang atau yang akan datang dengan cara yang tepat.
- Penekanan lebih kepada faktor emosi daripada intelektual karena perbuatan lebih banyak dipengaruhi emosi daripada pikiran.
- Memberi tekanan yang lebih besar pada keadaan yang dialami sekarang bukan di masa lalu karena pola emosi sekarang sama saja dengan pola emosi yang lalu.
- Penekanan pada hubungan terapeutik. Pengalaman tumbuh dari hubungan terapeutik itu sendiri sehingga individu belajar memahami diri sendiri, membuat keputusan, dan bisa berhubungan dengan orang lain secara lebih dewasa.
Langkah-langkah Terapi Nondirective :
- Pasien datang sendiri kepada terapis secara sukarela.
- Merumuskan situasi bantuan. Pasien disadarkan bahwa terapis tidak memiliki awaban, tetapi melalui terapi ini pasien akan memperoleh sesuatu untuk memecahkan masalahnya sendiri.
- Mendorong pasien untuk mau berbuat mengungkapkan perasaan yang dirasakan sangat bebas dan obyektif. Terapis meningkatkan keberanian pasien dalam mengungkapkan perasaannya.
- Terapis berusaha dapat menerima dan menjernihkan perasaan pasien yang bersifat negatif.
- Apabila perasaan-perasaan negatif telah terungkapkan sepenuhnya maka secara psikologis bebannya akan berkurang.
- Terapis berusaha menerima perasaan positif pada pasien. Perasaan positif ini tidak dianggap sebagai sesuatu yang “wah” pada diri pasien, melainkan merupakan seuatu hal yang wajar ada pada seseorang sehingga pasien dapat belajar/menyadari dirinya sendiri.
- Pemahaman, pengenalan, dan penerimaan mengenai dirinya sendiri.
- Setelah memiliki pemahaman tentang masalahnya dan menerimanya, mulailah membuat suatu keputusan untuk langkah
- Mulai melakukan tindakan-tindakan yang positif.
- Perkembangan lebih lanjut tentang wawasan pasien.
- Tindakan positif klien meningkat. Pasien lebih percaya diri dan bisa membuat keputusan sendiri. Tahap ini merupakan puncak hubungan antara terapis dan pasien.
- Mengurangi ketergantungan pasien atas terapis dan memberitahukan secara bijaksana bahwa proses terapi perlu diakhiri.
Sumber: http://janokogalls.blogspot.com/2011/12/person-centered-by-carl-roger.html
Terapi Psikoanalisa
1. Konsep
Secara umum konsep utama dari teori psikoanalisa adalah:
1. Setiap anak
memilki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dalam rangka perkembangan
kepribadiannya secara sehat. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan kasih sayang,
rasa aman, rasa memilki, dan perasaan sukses.
2. Perasaan
merupakan aspek yang mendasar dan penting dalam kehidupan dan perilaku anak.
3. Masing-masing
anak berkembang melalui beberapa tahapan perkembangan emosional. Pengalaman
traumatik dan deprivasi dapat berpengaruh terhadap munculnya gangguan
kepribadian.
4. Kualitas
hubungan emosional anak dengan keluarga dan orang lain yang signifikan dalam
kehidupannya merupakan faktor yang sangat krusial.
5. Kecemasan akibat tidak terpenuhinya kebutuhan
dan konflik-konflik dalam diri anak merupakan faktor penentu penting terhadap
munculnya gangguan tingkah laku.
a. Persepsi tentang sifat manusia
Menurut Sigmund
Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak
disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada
masa enam tahun pertama dalam kehidupannya. Pandangan ini menunjukkan bahwa
aliran teori Freud tentang sifat manusia pada dasarnya adalah deterministik.
Ajaran psikoanalisa juga menyatakan bahwa perilaku seseorang itu lebih rumit
dari pada apa yang dibayangkan pada orang tersebut. Sedangkan tantangan tebesar
yang dihadapi manusia adalah bagaimana mengendalikan dorongan egresif. Bagi
Sigmund Freud, rasa resah dan cemas yang dihadapi seseorang erat kaitannya
dengan kenyataan bahwa setiap manusia akan mengalami kematian.
b. Struktur kepribadian
1) Id
Komponen kepribadian
yang berisi impuls agresif dan libinal. Merupakan bagian tertua dari aparatur
mental sekaligus merupakan komponen terpenting sepanjang hidup. Id bekerja
dengan menganut prinsip kesenangan “pleasure principle”.
2) Ego
Bagian kepribadian
yang bertugas sebagai pelaksana, berperan sebagai “eksekutif” yang memerintah,
mengatur dan mengendalikan, serta mengontrol jalannya id, super-ego dan dunia
luar, penengah antara instink dengan dunia luar dengan menilai realita dalam
hubungan dengan nilai-nilai moralitas. Prinsip kerja ego menganut prinsip
realitas “reality principle”.
3) Superego
Bagian moral dari
kepribadian manusia, karena ia merupakan filter dari sensor baik-buruk,
salah-benar, boleh-tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego. Di sini
superego bertindak sebagai sesuatu yang ideal, yang sesuai dengan norma-norma
moral masyarakat.
Dalam dinamika
kepribadian manusia id, ego, dan superego masing-masing memilki fungsi, sifat,
dan prinsip kerja tersendiri, namun semuanya berinteraksi begitu erat satu sama
lainnya dan tidak mungkin dipisahkan.
c. Kesadaran dan ketidaksadaran
Dalam pandangan
Freud, sebagian besar perilaku manusia didorong atau ditentukan oleh kekuatan
atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak disadari, yaitu pengalaman-pengalaman atau
trauma masa kecil yang terdesak, tertekan, terpendam, atau terkubur dalam
ketidaksadarannya akan menimbulkan kecemasan yang tidak tertahankan.
d. Kecemasan
Yaitu suatu
keadaan tegang atau takut yang mendalam sebagai hasil bermunculannya
pengalaman-pengalaman yang terdesak. Kecemasan berkembang dari konflik antara
sistem id, ego, dan superego tentang sistem kontrol atas energi psikis yang
ada. Fungsi utama kecemasan adalah untuk mengingatkan adanya bahaya yang
datang.
1) Kecemasan realita
Rasa takut akan
bahaya yang datang dari dunia luar. Kecemasan ini sumbernya adalah ego.
2) Kecemasan neurotik
Rasa takut yang bersumber pada
id, yaitu takut tidak mampu mengendalikan instiknya.
3) Kecemasan moral
Rasa takut
terhadap hati nuraninya sendiri, yaitu terhadap adanya pertentangan moral.
Sumber kecemasan ini adalah superego. Kecemasan selalu berakibat kepadda
terancamnya ego, sehingga memaksa ego untuk mengambil tindakan untuk
menghilangkannya agar diperoleh keseimbangan
2. Teknik-Teknik
Sekalipun dalam
psikoanalisa terapis hendaknya bersikap anonim, namun dalam prosesnya sejak
awal terapis harus dapat membina hubungan baik dengan klien. Terapis juga harus
mendorong klien agar mampu menyatakan dirinya secara bebas, membantu apabila
klien melakukan penolakan (resistensi), menyambut baik pernyataan pengalihan
(tranferensi), serta berusaha untuk membimbing klien ke arah kesadaran penuh
dan ke arah intergritas sosial secara memuaskan.
Lima teknik dasar dalam
terapi psikoanalisa :
1. Asosiasi
bebas
Secara mendasar,
tujuan teknik ini adalah untuk mengungkapkan pengalaman masa lalu dan
menghentikan emosi-emosi yang berhubungan dengan pengalaman traumatik masa
lampau.
Teknik asosiasi
bebas ini dilakukan dengan klien berbaring di dipan dan terapis duduk di kursi
sejajar dengan kepala klien, sehingga klien tidak melihat terapis. Dengan
demikian, klien dapat mengungkapkan atau menyalurkan materi-materi yang ada
dalam ketidaksadarannya secara bebas, terbuka, tidak menutup-nutupi tanpa harus
malu, meskipun materi tesebut menyakitkan, tidak logis, atau tidak relevan.
Terapis harus
mampu menjadi pendengar yang baik serta mendorong klien agar mampu
mengungkapkan secara spontan setiap ingatan yang terlintas dalam pikirannya,
pengalaman traumatik, mimpi, penolakan, dan pengalihan perasaannya.
2. Interpretasi
atau penafsiran
Adalah teknik yang
digunakan oleh terapis untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi,
dan transferensi perasaan klien dengan tujuan utama untuk menemukan materi yang
tidak disadari. Dengan demikian ego klien dapat mencerna materi tersebut
melalui pemahaman baru dengan penuh kesadaran.
Dalam memberikan
penafsiran, terapis harus hati-hati serta dapat memilih waktu dan kata-kata
yang tepat agar klien tidak justru menjadi menutup diri atau mengembangkan
pertahanan dirinya.
3. Analisis
Mimpi
Setiap mimpi
memiliki isi yang bersifat manifes atau disadari dan juga bersifat laten
(tersembunyi). Isi yang brsifat manifes adalah mimpi sebagai tampak pada diri
orang yang mimpi, sedangkan isi yang bersifat laten terdiri dari motif-motif
tersamar dari mimpi tersebut. Tujuan analisis mimpi adalah untuk mencari isi
yang laten atau sesuatu yang ada dibalik isi yang manifes, untuk menemukan
sumber-sumber konflik terdesak. Analisis mimpi hendaknya difokuskan kepada
mimpi-mimpi yang sifatnya berulang-ulang, menakutkan, dan sudah pada taraf
mengganggu.
4. Analisis
Resistensi
Resistensi
merupakan suatu dinamika yang tidak disadari untuk mempertahankan kecemasan.
Resistensi atau penolakan adalah keengganan klien untuk mengungkapkan materi
ketidaksadaran yang mengancam dirinya, yang berarti ada perthanan diri terhadap
kecemasan yang dialaminya. Apabila hal ini terjadi, maka sebenarnya merupakan
kewajaran. Namun, yang penting bagi terapis adalah bagaimana pertahanan diri
tersebut dapat diterobos sehingga dapat teramati, untuk selanjutnya dianalisis
dan ditafsirkan, sehingga klien menyadari alasan timbulnya resistensi tersebut.
5. Analisis
Transferensi
Transferesnsi atau
pengalihan adalah pergeseran arah yang tidak disadari kepada terapis dari
orang-orang tertentu dalam masa silam klien. Pengalihan ini terkait dengan
perasaan, sikap, dan khayalan klien, baik positif maupun negatif yang tidak
terselesaikan pada masa silamnya.
Teknik analisis
transferensi dilakukan dengan mengusahakan klien mampu mengembangkan
transferensinya guna mengungkap kecemasan-kecemasan yang dialami pada masa
kanak-kanaknya. Apabila transferensi ini tidak ditangani dengan baik, maka
klien dapat menjadi bersikap menolak terhadap perlakuan terapis dan proses
terapi dapat dirasakan sebagai suatu hukuman.
Sumber: Kuntjojo. Profesionalisasi
Bimbingan dan Konseling. Sunardi, Permanarian dan M. Assjari. (2008). Teori
Konseling. Bandung: PLB FIP UPI.
Terapi
Eksistensial-Humanistik
1. Konsep Terapi
Pendekatan eksistensial-humanistik
menekankan pada renungan-renungan filosofis tentang apa artinya menjadi
manusia yang utuh.
2.
Teknik
Terapi
Teknik-teknik dalam
Eksistensial-Humanistik yaitu kesadaran diri, kebebasan dan tanggung jawab,
keterpusatan dan kebutuhan akan orang lain, pencaran makna, kecemasan sebagai
syarat hidup dan perjuangan aktualisasi diri.
3.
Unsur Terapi
Munculnya gangguan: Model humanistik kepribadian,
psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian besar konsep-konsep
dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia untuk memilih,
bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat banyak pada saat ini.
Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan realitas eksistensial
menjadi, kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta merenungkan eksistensi
yang pada gilirannya memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan pernah hadir
ketiadaan. Pencarian makna dalam kehidupan masing-masing individu adalah tujuan
utama dan aspirasi tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer psikoterapi
berasal dari tiga sekolah pemikiran yang muncul pada 1950-an, eksistensial,
Gestalt, dan klien berpusat terapi.
Tujuan Terapi: Menyajikan kondisi-kondisi untuk
memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan. Menghapus penghambat-penghambat
aktualisasi potensi pribadi. membantu klien menemukan dan menggunakan
kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri. Membantu klien agar bebas dan
bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.
Peran Terapis: Menurut Buhler dan Allen, para ahli
psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut
:
-
Mengakui
pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
-
Menyadari
peran dan tanggung jawab terapis
-
Mengakui
sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
-
Berorientasi
pada pertumbuhan
-
Menekankan
keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
-
Mengakui
bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
-
Memandang
terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi
bagi tindakan kreatif dan positif.
-
Mengakui
kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan
tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
-
Bekerja ke arah
mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien
Sumber: Corey, Gerald. (2007). Teori
dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
1. Perbedaan Psikoterapi dan Konseling
Berbagai ahli berpendapat bahwa psikoterapi dan konseling sebaiknya keduanya diterima sebagai kegiatan yang sinonim, banyak kesamaan dan sama-sama bertujuan mulia, yaitu membantu orang lain. Hahn (1953) dan English and English (1958) mengemukakan adanya batas yang kurang tajam antara konseling dan psikoterapi sehingga sering mengaburkan. Namun bagi sekelompok ahli lain, upaya membedakan keduanya dianggap perlu terus dilakukan agar jelas keprofesiannya dan perlu diketahui oleh masyarakat agar ada kejelasan dan tidak timbul keragu-raguan dimana terdapat organisasi yang bisa tidak sama disiplin keilmuannya, namun melakukan kegiatan yang sama atau hampir sama. Ahli-ahli lain tetap berusaha menunjukan adanya perbedaan antara kegiatan psikoterapi, baik untuk kepentingan profesi maupun ilmiah.
Steffire dan Grant (1972), mengemukakan ada beberapa hal yang bisa dipahami sebagai usaha untuk memahami konseling dan psikoterapi, memahami berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan khusus/keduanya dan untuk membedakannya yaitu :
- Mengenai Tujuan.
- Mengenai Klien, Konselor dan Penyelenggaranya.
- Mengenai Metode.
Perbedaan konseling dan psikoterapi mengenai tujuan
Stefflre & Grant (1972) menyimpulkan bahwa tujuan konseling gaknya lebih terbatas, lebihmelibatkan diri dengan mempengaruhi perkembangan seseorang, dengan situasi sesaat dan dengan usaha membawa seseorang dengan situasi sesaat dan dengan usaha membawa seseorang dengan situasi sesaat dan dengan usaha membawa seseorang agar bisa berfungsi secara tepat sesuai dengan peranannya. Sebaliknya pada psikoterapi tujuannya lebih sentral, tidak hanya memperhatikan saat sekarang melainkan yang akan datang, jadi usaha untuk mengubah struktur kepribadian yan mendasar.
Menurut Wolberg, konseling berhubungan dengan tujuan untuk memberikan support dan mendidik-kembali (supportive dan reeduction), sedangkan pada psikoterapi berhubungan tujuan merekontruksi kepribadian seseorang (reconstructive).
Sedangkan menurut Blocher (1966) membedakan konseling dengan psikoterapi dengan melihat pada tujuannya, secara singkat sebagai berikut :
- Pada konseling : developmental – educative – preventive.
- Pada psikoterapi : remendiative – adjustive – therapeutic.
2. BENTUK-BENTUK UTAMA DALAM TERAPI
- Terapi Supportive :
Suatu bentuk terapi alternatif yang mempunyai tujuan untuk menolong pasien beradaptasi dengan baik terhadap suatu masalah yang dihadapi dan untuk mendapatkan suatu kenyamanan hidup terhadap gangguan psikisnya.
Cara-cara psikoterapi suportif antara lain sebagai berikut:
- Ventilasi atau kataris
- Persuasi atau bujukan (persuasion)
- Sugesti
- Penjaminan kembali ( reassurance)
- Bimbingan dan penyuluhan
- Terapi kerja
- Hipno-terapi dan narkoterapi
- Psikoterapi kelompok
- Terapi perilaku
- Terapi Reeducative :
Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya lebih banyak di alam sadar, dengan usaha berencana untuk menyesuaikan diri.
- Terapi Reconstuctive :
Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknaya dialam tak sadar, dengan usaha untuk mendapatkan perubahan yang luas daripada struktur kepribadian dan pengluasan pertumbuhan kepribadian dengan pengembangan potensi penyesuaian diri yang baru.
Sumber :
Gunarsa, Singgih. 1996. Konseling dan Psikoterapi. BPK Gunung Mulia ; Jakarta
Langganan:
Postingan (Atom)